Rabu, 26 Februari 2020

Tari Pagar pengantin

Tari Pagar Pengantin

Pakaian adat aesan gede yang dikenakan pengantin wanita saat menarikan Tari Pagar Pengantin.
Tari Pagar Pengantin adalah tari tradisonal yang berasal dari Provinsi Sumatra Selatan. Tari Pagar Pengantin biasanya ditampilkan pada acara resepsi pernikahan adat Palembang dan Sumatra Selatan pada umumnya.[1] Tari Pagar Pengantin memiliki arti filosofis yang bermakna perpisahan pengantin perempuan kepada keluarganya yang lama dan memohon izin untuk membentuk keluarga yang baru. Tari Pagar Pengantin juga mempunyai fungsi sebagai tari penyambutan kepada seluruh tamu undangan yang hadir pada resepsi pernikahan tersebut. Tarian ini biasanya ditarikan oleh lima orang penari perempuan termasuk sang pengantin.
Keunikan pada tari ini adalah penari utamanya adalah sang pengantin wanita dan diiringi oleh empat orang penari lain sebagai dayang yang mengelilingi penari utama. Saat menari, mempelai wanita akan menari di dalam lingkaran atau nampan emas yang disebut dengan talam dengan menggunakan tanggai atau kuku palsu yang terbuat dari emas di delapan jemari pengantin wanita.


Sejarah Tari Pagar Pengantin

Tari Pagar Pengantin awalnya disusun oleh Hj. Sukainah A. Rojak pada tahun 1960-an. Ia merupakan salah seorang penari terkenal di Sumatra Selatan khususnya Kota Palembang. Hj. Sukainah A. Rojak juga merupakan penari pertama yang menarikan Tari Gending Sriwijaya. Pada perkembangannya Tari Pagar Pengantin berkembang baik terutama di kota Palembang sebagai tari pembuka pada saat upacara resepsi pernikahan adat Palembang.[4]

Ragam gerak tari

Tari Pagar Pengantin dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

Bagian awal

Di bagian awal dari Tari Pagar Pengantin dimulai dengan masuknya para dayang (penari pengiring) ke panggung, dua orang diantara para dayang masuk dengan membawa talam/dulang emas. Lalu penari melakukan gerak menghormat kepada tamu undangan kemudian penari menuju pelaminan untuk menjemput kedua pasang pengantin. Pengantin perempuan lalu berdiri diatas talam/dulang emas dan dua orang dayang mulai memasangkan tanggai (kuku emas) di jari jemari pengantin wanita. Pengantin pria hanya berdiri di samping belakang pengantin wanita sebagai simbol penjagaan terhadap istri

Bagian pokok

Bagian pokok dari tarian ini dimulai ketika pengantin wanita sudah dipakaikan tanggai dan mulai melakukan koreografi. Gerakan pokok ini terdiri dari:
  1. Gerak borobudur
  2. Gerak sembah
  3. Gerak rebah kayu
  4. Gerak kecubung
  5. Gerak kenange

Bagian penutup

Bagian penutup dimulai ketika pengantin wanita selesai memberi gerakan penghormatan, lalu tanggai di lepaskan dari jari jemari pengantin wanita. Kemudian kedua mempelai diantar kembali oleh para dayang ke pelaminan. Kemudian para dayang melakukan penghormatan terakhir kepada tamu undangan lalu keluar pentas sambil membawa talam/dulang emas.[4]

Busana dan properti

Busana yang dipakai dalam Tari Pagar Pengantin ini adalah baju kurung bertabur dan kain Songket untuk para dayang, dan pakaian adat aesan gede bagi penganin wanita.[4]

Busana dan aksesoris penari perempuan

    • Baju kurung dengan mainan kantil 12 warna
    • Kain songket
    • Teratai berbentuk panjang pada bagian depan
    • Hiasan kepala:
      • Tajuk kembang 3 rangkai
      • Tampung (daun pandan)
      • Gandik (ikat kepala)
      • Anting-anting
      • Tebeng (Hiasan telinga)
      • Sanggul Petek
      • Kembang Rumpai
    • Hiasan tangan:
      • Kecak
      • Gelang
      • Tanggai (kuku palsu)
      • Cincin kenanga sekelopak 10 jari
    • Pending
    • Kalung ringgit 9 biji berantai manik 3 warna

Properti pada Tari Setabik

    • Talam atau nampan yang terbuat dari kuningan

Musik pengiring

Musik Pengiring Tari Pagar Pengantin ini adalah musik tradisional. Adapun instrumen pengiringnya adalah terdiri dari gong, rebana, ketipung, dan kenong. Dalam perkembangannya, musik pengiring Tari Setabik dilengkapi instrumen musik modern seperti biola, akordeon, saksofon, keyboard, dan simbal.[4]
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar