Rabu, 26 Februari 2020

Tari Kipas Serumpun

Tari Kipas Serumpun

 

Tari kipas serumpun adalah sebuah seni tari kreasi yang berasal dari kabupaten banyuasin, provinsi sumatera selatan. Tarian ini menceritakan tentang jalinan kisah persahabatan diantara masyarakat. Banyuasin sendiri merupakan salah satu kabupaten di provinsi sumatera selatan yang dihuni banyak suku dan agama. Tari kipas serumpun inilah yang kemudian diciptakan dan digunakan untuk menyatukan mereka dalam kegembiraan.

Pertunjukan Tari Kipas Serumpun
Seni tari kipas serumpun ini biasanya ditarikan oleh 8 (delapan) orang penari yang semuanya seorang perempuan. Sebagai seni tari kreasi, jumlah para penari dalam seni tari ini bukanlah patokan baku pada tarian kipas serumpun ini, sehingga dapat ditambah atau dikurangi jumlah penarinya sesuaikan dengan besar atau kecil ukuran panggung yang digunakan untuk mempertunjukkan seni tari ini.
Sesuai dengan nama dari seni tari ini tari kipas serumpun, kipas menjadi atribut utama dalam pementasan tari kipas serumpun. Gerakan dari tari kipas serumpun ini lebih di dominasi oleh gerakan tangan yang sangat lincah. Gerak berpindah posisi untuk membuat formasi juga kerap terjadi dalam seni tari ini, hal tersebut menggambarkan kegembiraan para perempuan banyuasin pada suatu pesta rakyat.

Busana yang Dikenakan oleh Penari Tari Kipas Serumpun
Para penari kipas serumpun ini biasanay menggunakan baju khas yaitu baju kurung yang di dominasi oleh warna keemasan sebagai ciri khas dari adat daerah sumatera selatan. Ciri khas tersebut juga terlihat dari penggunaan siger yang biasa digunakan sebagai penutup kepala dan biasa dikenakan oleh mempelai perempuan dalam acara pesta pernikahan adat setempat.
Pengiring Tari Kipas Serumpun

Dalam pertunjukkannya, tari kipas serumpun ini biasanay diiringi oleh alat musik, sperti perkusi, kendang, dan akordion sebagai ciri khas dari musik melayu sumatra. Penggunaan alat musik gitar dan bass elektronik pun menjadi pelengkap supaya menghasilkan musik pengiring yang sangat ciamik.

Makna Tari Kipas Serumpun

Seni tari kipas serumpun ini mengandung makna tentang pentingnya sikap gotong royong antara sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat atau bertetangga. Sikap gotng royong ini menyatu dalam kegembiraan yang tergambar di dalam sebuah pesta rakyat. Sikap kebersamaan dalam gotong royong ini menjadi penting bagi wilayah banyuasin yang kian heterogen dan mempunyai banyak perbedaan di dalam latar belakang kebudayaan malayu yang satu.
Demikian pembahasan kali ini mengenai tari kipas serumpun dan penjelasannya, yang dapat saya sampakan dalam artikel ini semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua.

Tari Sebimbing Sekundang

Tari Sebimbing Sekundang 

 

Kesenian tari ada di setiap daerah di Kabupaten yakni tarian tradisional Indonesia Sumatera Selatan. Yang paling menonjol biasanya ialah tari menyambut untuk tamu yang diistimewakan dengan memberikan kapur sirih kepada para tamu. Tari Sebimbing Sekundang ialah salah satu tari tradisional yang berasal dari Sumatera Selatan.
Lebih tepatnya merupakan tari tradisional masyarakat Ogan Komering Ulu (OKU) yang dipertunjukan untuk menyambut tamu-tamu kebesaran di daerah ini. Dengan dinamakan Sebimbing Sekundang, tari ini mempunyai pesan dan makna yang mendalam baik untuk masyarakat setempat,

sang penari, maupun para tamu undangan yang melihat sajian tari ini. Sesuai dengan namanya, tarian ini mempunyai makna yakni berjalan bersama atau beriringan dan saling membantu satu sama lain. Pesan-pesan itulah yang menerus disampaikan dan dilestarikan pada gerakan tari ini.

Sejarah Tari Sebimbing Sekundang
Tarian ini dibuat oleh Z. Khusni Karana yang merupakan seorang koreografer profesional di Sumatera Selatan. Tari ini dipertunjukan baik di dalam gedung ataupun di tempat terbuka. Banyak amanat yang dapat diambil dari tarian ini, salah satunya ialah toleransi dan kebersamaan.

Pengasan atau tepak ialah sebagai fasilitas utama yang di dalamnya berisi beberapa lembar daun sirih segar yang telah dicampur dengan getah gambir, sehingga siap disajikan kepada tamu istimewa sebagai tanda penerimaan dan pengakuan masyarakat Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu).


Tari ini ditampilkan oleh sembilan orang penari, satu orang puteri pemegang tepak, dua orang pembawa rempah-rempah, satu orang pembawa payung yang agung, dan dua orang yang menjadi pengawal. Pakaian, musik pengiringnya serta gerakan tari ialah sebuah kombinasi dari pakaian,

musik pengiring dan gerakan tari-tari tradisional dari berbagai kecamatan di dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tercipta motto “Bumi Sebimbing Sekundang“ yang artinya berjalan bersama dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk mecapai suatu keberhasilan.

Busana dan Properti Penari

Busana yang dipakai oleh penari hampir sama dengan pakain pengantin khas Palembang (Aesan Gede) yakni :
  • Sisir/ kam komering ilir
  • Tusuk soeal berbunga menghadap ke belakang
  • Kembang goyang beringin atau tanjung
  • Cempako limo (tusuk kembang)
  • Sanggul malang
  • Mahkota (karsuhun)
  • Hiasan bola warna-warni (sumping)
  • Teratai dada
  • Selempang sawir
  • Pending
  • Baju kurung
  • Kain songket
Properti yang dipakai ialah :
  • kipas tangan lipat
  • tepak
Keterangan singkat
  • Mahkota yang dipakai ialah karsuhun untuk penari perempuan
  • Terate ialah hiasan di bagian dada yang digunakan untuk menutupi bagian dada dan pundak. Terate sendiri memiliki bentuk lingkaran dengan corak bunga melati bersepuh emas. Bagian ujungnya ada petaku bermotif bintang serta rantai dan juntaian kepingan emas berbentuk biji mentimun. Hiasan ini mencerminkan kejayaan dan kehormatan.
  • Selendang sawit sendiri terbuat dari emas 22 karat dengan corak hias salur dan ada aksen berlian di tengah. Selendang yang dipakai berjumlah dua yang digunakan menyilang dari bahu kanan ke pinggang kiri dan bahu kiri ke pinggang kanan.
  • Pending ialah ikat pinggang dengan bentuk lempengan emas yang terbuat dari emas 20 karat.
Sekian pemaparan saya mengenai tari tradisional khas Kabupaten Ogan Komering Ulu, semoga apa yang sudah saya paparkan hari ini dapat menambah pengetahuan kepada readers yang ada di seluruh Indonesia. See you next time dan selamat siang.

Tari Gegerit

 Tari Gegerit



Tari gegerit adalah salah satu seni tari tradisional yang berasal dari daerah sumatera selatan yang merupakan salah satu dari kekayaan macam macam kebudayaan di Indonesia. Tarian ini merupakan seni tari tradisional lahat yang menceritakan tentang sebuah perjuangan kaum perempuan di dalam menghadapi penjajahan.

Secara etimologi, kata gegerit ini dapat diartikan dengan lelah atau capek, atau sepadan artinya dengan kaku kaku. Pengertian kaku ini mengacu pada gerakan tari gegerit yang lebih cenderung patah patah dan kaku gerakannya. Hal ini tergambar pada gerakan setengah jongkok sambil terus memainkan sayap sayap di bahu.

Gegerit merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang bumi sekundang bengkulu selatan yang diadakan saat peta pernikahan (bimbang adat) yang merupakan pertunjukan tarian tradisional Indonesia. Orang bengkulu selatan asli pasti tahu dan mengenal yang namanya gegerit ini. Kalau pada malam hari sayup sayup kita mendengar alunan bunyi kulintang maka biasanya ada acar gegerit yang sedang diadakan pada suatu acara adat pesta pernikahan warga bengkulu selatan.

Alunan bunyi musik kulintang ini biasanya dipadu dengan ketukan bunyi rebana. Kedua musik ini berpadu indah mengiringi gerakan penari dalam acara tari andun dan memiliki fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat. Kita yang mendengar alunan musik kelintang dan rebana ini seakan diajak terhanyut dalam ketukan khas nada indahnya.

Gegerit diambil dari kata “gerit” dalam bahasa suku serawai yang berarti menghilangkan rasa gerit atau kesemutan pada anggota badan kedua pengantin yang sudah duduk lama dalam penghumput tempat acara seni dendang untuk diajak nari andun. Acara gegerit dalam bimbang adat ini digandeng dengan acara seni dendang.

Sang koreografer seni tari gegerit, indra, ketika di temui disela sela perhelatan festival sriwijaya 2014 mengungkapkan, seni tari tradisional gegerit merupakan tarian yang sejak dahulu ditarikan secara turun temurun oleh masyarakat lahat. Namun, sekarang keberadaanya sudah hampir punah karena makin jarang orang yang mementaskan seni tari gegerit ini.
Seni tari tradisional gegerit ini merupakan tarian yang sejak dahulu selalu ditarikan secara turun temurun oleh masyarakat lahat. Namun, saat ini keberadaanya telah hampir punah karena sudah jarang orang menarikan tari gegerit ini.

 Meski demikian, beberapa tahun belakangan ini masih ada orang orang yang peduli, yang mempelajari dan juga menggali tari gegerit ini untuk di pentaskan kembali. Sebagai seni tari tradisional, pementasan seni tari ini akan diiringi oleh beberapa alat musik sebagai berikut seperti, dol, kenong, dan gendang. Irama yang dihasilkan oleh perpaduan latar musik tersebut lebih cenderung motong dan menghentak. Hal tersebut disesuaikan dengan gerakan tarian yang kaku dan patah patah.

Seni tari gegerit mengandug amanat yang dalam yaitu tentang sebuah perjuangan parempuan lahat di dalam melawan penjajahan. Kendungan amanat tersebut tergambar pada gerakan para penari ketika menggenggam kudok, yaitu senjata tradisional khas sumatera selatan.

Amanat tersebut masih tergolong dalam golongan relevan dengan keadaan sekarang ini, dimana para permpuan masih terkungkung oleh filsafat maskulinisme, sehingga menjadikannya sebagai mahluk yang inferior di masyarakat.

 Namun yang terpenting pada seni tari gegerit ini juga mengamanatkan kepada generasi muda tidak bisa diam diam saja, tetap harus terus berjuang walau tidak dalam keadaan berperang. Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan melawan angkara murka yang ada di dalam diri.

Demikian artikel yang kita bahas tentang tari gegerit dan penjelasannya semoga dapat membantu, bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi teman semua. Kita sebagai generasi muda haru ikut serta dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah.
 

Tari Silampari

Tari Silampari

 

Tari Silampari. Di antara ragam tarian di Sumatera Selatan, ada Tarian Silampari atau yang bernama lain Tari Silampari Kahyangan Tinggi. Sebagaimana Tarian Gending Sriwijaya dan Tarian Tanggai di Palembang, tari ini juga merupakan tari penyambutan. Namun lebih berkembang di Lubuklinggau dan Musi Rawas.

Perihal namanya “Silampari” berasal dari gabungan kata dalam bahasa Palembang, “silam” berarti hilang dan “pari” berarti peri. Dinamakan seperti itu, karena tari ini menceritakan seorang putri yang menghilang setelah berubah menjadi peri. Sebuah kisah rakyat mengenai Dayang Torek dan Bujang Penulup.

Disebut sebagai Tari “Silampari” jika tarian ini hidup di Kabupaten Musi Rawas dengan sumber cerita Bujang Panulup. Sementara itu, penamaan “Silampari Kahyangan Tinggi” adalah bentuk perkembangannya di Kota Lubuklinggau, sumber ceritanya Dayang Torek dengan sedikit perbedaan dalam gerak dan iringan.
Seperti halnya tarian sambut lain di Sumatera Selatan, dalam tarian ini juga ada prosesi penyuguhan tepak berisi sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau. Tepak sirih dimaksudkan sebagai simbol penghormatan. Penarinya adalah 7 orang perempuan didampingi 3 laki-laki yang membawa payung kebesaran dan tombak.

Perihal Legenda dan Sejarah Tari Silampari

Lubuklinggau dulunya adalah ibukota kabupaten Musi Rawas di Sumatera Selatan. Setidaknya hingga tahun 2001, saat terjadi pemekaran dan Lubuklinggau berpisah menjadi Kota Madya. Ibukota Musi Rawas pun berpindah ke Muara Beliti. Seperti daerah lain di Indonesia, wilayah ini juga memiliki kisah rakyat tersendiri.

Sehubungan dengan Tari Silampari, ada kisah Bujang Penulup dan kisah Dayang Torek. Keduanya mengisahkan hilangnya putri naik ke kahyangan. Bujang Penulup mirip cerita Jaka Tarub, perbedaannya hanya dalam penyimpanan selendangnya. Jaka Tarub di lumbung padi, sementara Bujang penulup di tanah dapo (dapur).

Sementara itu, cerita Dayang Torek berkaitan dengan asal-usul Lubuklinggau. Dayang Torek adalah gadis rupawan yang memiliki kakak sakti dan juga tampan, Linggau namanya. Dayang Torek sangat cantik sehingga banyak raja yang ingin mempersuntingnya dan Linggau berusaha keras melindungi adiknya.

Segala cara dilakukan para raja agar bisa meminang Dayang Torek. Inti cerita ini adalah usaha Linggau menyelamatkan adiknya. Ia menyembunyikan adiknya dengan membuat lubuk yang dalam di dasar sungai berbekal sebuah taring. Lubuk yang dibuat Linggau itulah yang kemudian menjadi cikal bakal nama Lubuklinggau.

Ada yang mengatakan, lubuk tersebut berada di Sungai Kelingi di kaki Bukit Sulap. Sementara itu, Dayang Torek akhirnya memohon pada dewata agar diangkat ke kahyangan dan ia pun menghilang. Oleh karena itu, tari di Lubuklinggau dinamakan Silampari Kahyangan Tinggi sebagai pembeda Silampari di Musi Rawas.

Lahirnya Silampari Kahyangan Tinggi berkaitan dengan terpisahnya Lubuklinggau dari Kabupaten Musi Rawas. Di awal, keduanya berebut Tarian Silampari yang akhirnya menjadi milik Musi Rawas. Adapun Lubuklinggau menciptakan Tarian Silampari yang baru dengan penambahan Kahyangan Tinggi pada namanya.
Tari Silampari mulai dikenal saat ditampilkan pada tahun 1941, bertepatan dengan pembuatan Watervang, sebuah bendungan buatan Belanda di Lubuklinggau. Adapun pembaruannya menjadi Silampari Kahyangan Tinggi pertama kali dipentaskan tahun 2004 pada acara lomba tari dan lagu daerah se-Sumatera Selatan di Lubuklinggau.

Tari Madik

 Tari Madik

Tari Madik merupakan tarian yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan. Dimana dalam tarian ini sendiri tentu saja memiliki makna dan juga arti pada tarian ini sendiri, sehingga pada dasarnya kita dapat mengerti mengapa nama dari tarian tersebut bisa begitu. Tarian ini pun biasanya merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita pada zaman yang dahulu, dikarenakan pada zaman dahulu tidak ada iringan music yang seperti sekarang membuat tarian pada zaman dahulu tidak terlihat menarik dan terkesan kuno. Gerakan-gerakan dari tarian yang ada sekarang pun tidak lebih pastilah mengikuti perkembangan zaman yang dahulu, dimana seperti yang kita tahu gerakan-gerakan yang ada sekarang adalah merupakan pembaharuan dari gerakan-gerakan yang sudah ada terlebih dahulu pada masa nenek moyang kita.

Tarian yang ada di provinsi Sumatera Selatan ini sendiri tentu saja memiliki keanekaragaman gerakan yang berbeda dan juga nama yang berbeda pastinya. Di daerah ini sendiri tarian yang biasa dikenal oleh kalangan masyarakat dan sering dilakukan ada event-event tertentu seperti penyambutan tamu agung, upacara perkawinan, upacara keagamaan ataupun yang lainnya. Tarian tersebut antara lain adalah Tari Tanggai, Tari Gending Sriwijaya, Tari Tenun Songket, Tari Rodat Cempako, Tari Mejeng Besuko, dan Tari Madik. Dari beberapa tarian yang telah disebutkan tersebut tentu saja banyak sekali hal yang berbeda pada tarian tersebut, dari gerakannya sendiri maupun dari makna yang ada pada tarian itu sendiri.

Tarian-tarian yang seperti di atas sendiri sampai sekarang masih sangat eksis di dunianya sendiri, dan tidak jarang banyak sekali penari yang telah menguasai tarian tersebut mengajarkannya pada anak-anak didik mereka yang biasa mereka buka pada sebuah sanggar tari yang ada. Hal ini sendiri merupakan suatu ide yang sangat bagus, dikarenakan selain dapat menyebarkan hal yang positif kepada generasi yang muda selain daripada itu juga dapat terus menjaga dan melestarikan warisan budaya dari daerah kita masing-masing, karena seperti yang kita tahu banyak sekali Negara yang ingin mencuri warisan dan menklaimnya sebagai pemilik dari warisan budaya tersebut.
  • Tari Madik
Tarian Madik ini merupakan salah satu tarian yang berasal dari Sumatera Selatan, Dimana seperti yang kita tahu dalam halnya tarian pastilah memiliki beberapa makna yang tidak jauh berbeda dari provinsinya masing-masing, begitu juga dengan halnya tarian yang berasal dari provinsi ini sendiri, pasti tidak ada perbedaan menjauh dari beberapa falsafat yang ada pada provinsi ini sendiri sehingga kita tahu sendiri terciptalah sebuah tarian yang ada pada zaman sekarang ini dan sangat erat hubungannya dengan masa pada zaman yang dahulu kala mengenai tarian-tarian ini sendiri dengan asal dari daerahnya.
Tarian madik ini merupakan tarian yang menggambarkan adat istiadat dari masyarakat Palembang yang memiliki kebiasaan apabila akan memilih calon pengantin ataupun mempelai wanita, pihak pria akan berkunjung ke kediaman pihak perempuan untuk melihat dan juga melakukan penilaian kepribadian dari gadis tersebut. dalam hal ini sendiri menilai dan melihat tersebut dalam bahasa adat yang ada pada daerah tersebut disebut dengan Madik dan Nindai. Tujuan dari tarian ini sendiri adalah untuk melihat kepribadian serta kecakapan sifat si gadis sebelum mendampingi laki-lakinya tersebut. selain daripada itu sendiri, tujuannya sendiri adalah untuk kelak rumah tangganya tidak akan mengecewakan keluarga dan akan berjalan langgeng.
Tarian tradisional ini juga merupakan tari tradisional yang harus kita lestarikan, dimana seperti yang kita tahu bahwa tarian-tarian yang ada pada Negara Indonesia pada zaman sekarang pun sudah mulai memudar dan kurang adanya penampilan dari beberapa daerah tersebut karena banyaknya pemuda-pemudi yang sudah tidak bisa lagi melakukan budaya atau tarian dari daerah mereka masing-masing sendiri, bukankah hal tersebut sendiri merupakan hal yang memalukan khususnya bagi Negara kita sendiri yang merupakan Negara yang mempunyai banyak sekali budaya yang ada dan juga warisan yang tidak ada habis-habisnya. Jadi sebagai generasi muda kita harus senantiasa menjaga semua tari daerah yang ada.

Tari tenun songket

Tari Tenun Songket

Tarian Tenun Songket merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Selatan. Tarian ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang yang umumnya memanfaatkan waktu luang dengan menenun kain songket.

Tari Tenun Songket Ini beranggotakan lima orang penari. Namun sebagai tari kreasi, jumlah tersebut bukanlah aturan baku dalam tarian sehingga jumlah penari bisa ditambah dan dikurangi sesuai dengan besar kecilnya panggung yang digunakan.

Penari Tenun Songket menggunakan baju khas Palembang yang telah didominasi oleh warna emas dan kain songket pada bagian bawah. Sedangkan pada bagian kepala penari menggunakan hiasan berupa mahkota bunga serupa kembang goyang dan properti kipas saat pementasan.

Selain itu gerakan tarian didominasi dengan gerakan tangan yang menggambarkan sebuah tradisi saat para gadis Palembang sedang menenun kain songket. Dan kipas yang dikeluarkan oleh penari adalah sebagai babak akhir dari pementasan tarian ini.

Dalam pertunjukannya,  Tari Tenun Songket diiringi oleh alat musik gendang dan musik perkusi yang dimainkan secara bersama-sama dengan pola pukulan yang sama. Tarian ini juga menggunakan alat musik Akordion yang mencirikan musik melayu sesuai tempo yang digunakan dengan gerak tarian.
Tarian Tenun Songket juga memiliki makna sebagai mengangkat dari tradisi menenun songket masyarakat Kota Palembang yang sudah lama ada dan sebagai simbol mengikat persaudaraan masyarakat Palembang, nusantara dan dunia.

Tari Tanggai

Tari tanggai


Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang telah memenuhi undangan Tari tanggai biasanya dipertontonkan dalam acara pernikahan adat daerah Palembang] Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan rasa hormat masyarakat Palembang atas kehadiran sang tamu dan dalam tari ini tersirat sebuah makna ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai acara kepada para tamu[3]
Tari tanggai memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya Perbedaannya adalah Tari tanggai dibawakan oleh 5 orang sedangkan tari Gending Sriwijaya dibawakan oleh 9 orang dan perlengkapan penari Gending Sriwijaya lebih lengkap dibandingkan dengan Tari tanggai.Penari tari Tanggai menggunakan pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ramai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga dan kerana tanggai yang dipakai penari, maka tari ini dinamakan tari tanggai.[4] [5]
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah sehingga penari kelihatan lebih anggun.[4] Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu.[4] Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul “enam bersaudara” melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.[4] [5]
Pada zaman sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam acara pernikahan masyarakat Palembang,tari ini juga dipertontonkan dalam acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah.[5] Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatra Selatan.[5]


Musik

Musik pengiring di dalam tari tanggai merupakan sebuah musik yang menggabungkan sebuah instrumental yang digarap oleh komponis dan sekaligus di iringi oleh beberapa gendang dan satu buah gong yang berperan sebagai ritem/ritme.[6]
Iringan instrumental di dalam tari tanggai sendiri, menggambarkan nuansa melayu dan tidak meninggalkan warna atau rasa dari musik daerah Palembang.[6] Adapun alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tari tanggai adalah :
Judul dari lagu pengiring tari tanggai adalah “Enam Bersaudara”, sedangkan untuk penciptanya tidak diketahui dengan jelas siapa penciptanya.[6] Pada masa ini, di dalam penyajian musik tari tanggai, seseorang yang akan mengadakan acara melihat situasi dan kondisi tempat dari pemilik acara, sehingga nantinya lagu “Enam Bersaudara" bisa diiringi oleh organ tunggal, band, atau juga dapat menggunakan alat musik tradisional khas daerah.[6]

Gerakan

Ragam Gerak

Tari Tanggai mempunyai wujud atau bentuk yang tersusun dari rangkaian-rangkaian gerak atau motif gerak yang telah di kembangkan dan di variasikan menjadi satu kesatuan yang utuh.[6] Sehingga membentuk sebuah struktur tari.
Adapun sturktur gerakan tari adalah sebagai berikut :
  • Gerakan tari awal
  1. Gerak masuk posisi sembah
  2. Gerak Borobudur hormat
  3. Gerak Sembah berdiri
  4. Jalan keset
  5. Kecubung berdiri bawa kanan
  6. Kecubung bawah kiri
  7. Kecubung berdiri atas kanan
  8. Kecubung atas kiri
  9. Ukur benang.
  • Gerak tari pokok
  1. Tutur sabda
  2. Sembah duduk
  3. Tabur bunga duduk kanan dan kiri
  4. Memohon duduk kanan
  5. Kecubung duduk kanan dan kiri
  6. Stupa kanan dan kiri
  7. Tutur sabda
  8. Borobudur
  9. Ulur benang.
  • Gerakan tari akhir
  1. Tolak bala berdiri kanan dan kiri
  2. Nyumping berdiri kanan dan kiri
  3. Mendengar berdiri kanan dan kiri
  4. Tumpang tali/ulur benang berdiri kanan dankiri
  5. Sembah berdiri
  6. Borobudur berdiri